Senin, 21 Oktober 2019

Published Oktober 21, 2019 by with 0 comment

Fungsi Musik Tradisional


Kekhasan musik tradisi dan musik tradisional berada pada fungsinya. Fungsi musik ini menunjukkan kedudukan dan perannya dalam tradisi maupun kehidupan masyarakat seharihari. Bagi masyarakat Indonesia secara umum ada enam fungsi musik tradisional: 
(a) sarana upacara adat (ritual); 
(b) pengiring tarian; 
(c) sarana hiburan; 
(d) sarana komunikasi; 
(e) sarana pengungkapan diri; 
(f) sarana ekonomi 
(Asep Setiawan, posted 10 November 2015).

1. Sarana upacara adat budaya (ritual)
Upacara-upacara adat di Indonesia selalu melibatkan musik tradisi. Apabila kedudukan musik merupakan bagian pokok atau bahkan inti upacara adat maka disebut musik tradisi. Oleh karenanya kehadiran musik tradisi dalam upacara adat ini bersifat mutlak. Contoh, hingga sekarang mengumandangkan gendhing-gendhing kuna dengan perangkat gamelan Kyai Guntur Madu pada perayaan Sekaten di Kasultanan Yogyakarta merupakan keharusan bersifat mutlak. Kehadirannya tidak tergantikan.

Jika kedudukan musik dalam upacara adat bukan bagian pokok atau inti upacara, maka kehadirannya bersifat tidak mutlak, bisa digantikan. Namun demikian musik ini tidak kehilangan martabat sebagai musik tradisional. Oleh karena itu tampilnya dalam upacara adat tetap mengikuti ketentuan tradisi. Misalnya, peran musik tradisional pengiring upacara perarakan pengantin adat Jawa Tengah. Bila perarakan tersebut tidak diiringi musik tradisi sama sekali, keabsahannya tidak terganggu. Hanya saja upacara kurang semarak. Penggantian musik tradisional pada upacara adat ini tetap harus mengikuti kelaziman yang berlaku.

Upacara-upacara adat Nusantara biasanya berkaitan erat dengan perayaan tonggaktonggak pokok kehidupan manusia, seperti, kelahiran, perkawinan, dan kematian beserta rinciannya. Upacara-upacara adat yang lain terkait perayaan keagamaan, kenegaraan dan perawatan lingkungan hidup alam maupun sosial beserta keterpaduannya. Contoh, upacara adat panenan atau memulai tanam padi di tengah masyarakat Kanekes. Musik tradisi yang digunakan adalah angklung buhun.

Pada beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tradisi tertentu dipercaya mempunyai kekuatan magis. Oleh sebab itu, alat musik seperti itu digunakan sebagai sarana kegiatan adat istiadat masyarakat. Misalnya, karinding di Jawa Barat digunakan dalam upacara mengendalikan hama padi. Musik dog-dog ting, digunakan masyarakat Jawa untuk mencari orang hilang karena disembunyikan mahluk gaib.  

2. Pengiring tarian
Musik tradisional juga digunakan masyarakat mengiringi tarian-tarian khas daerahnya. Kebanyakan tarian khas daerah di Indonesia hanya cocok jika diiringi musik daerahnya sendiri. Antara tarian dan musik pengiringnya memiliki keselarasan yang khas. Iringan musik yang sesuai menjadikan tarian tampil lebih hidup seperti citarasa yang dimaksudkan.

Misalnya, tarian menjadi tampil gagah, lembut, jenaka, mistis, dan sebagainya. Tarian tradisi akan sempurna jika diiringi musik tradisi yang tak tergantikan. Tari tradisi datun julut untuk mengawali upacara tradisi mecaq undat diiringi musik tradisional Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Tari-tarian dalam upacara naik dango diiringi musik khas Dayak Kayanatn Kalimantan Barat. Meskipun keduanya sama-sama pesta sesudah panen masyarakat Dayak, tetapi musik pengirinya tidak benar apabila dipertukarkan.

3. Sarana Hiburan
Seperti halnya musik moderen, musik tradisional kedaerahan juga digunakan sebagai sarana hiburan. Hiburan yang bersifat individu akan menyegarkan kembali keletihan mental orang yang bersangkutan. Orang bisa duduk sendirian menghibur diri dengan bermain seruling atau sasando tunggal (solo) di bawah pohon rindang. Ia bebas menyanyikan lagulagu kesukaannya dengan alat musik yang dikuasai. Hiburan yang bersifat melibatkan orang banyak memberikan nilai tambah berupa sarana rekatan hubungan sosial antarwarga masyarakat. 

Dahulu gadis-gadis daerah Aceh mengisi waktu senggang sesudah bekerja di sawah dengan bermain canang trieng atau celempong. Dari Madura tercipta alat musik saronen, yang kemudian sekaligus menjadi nama seni pertunjukan saronen. Orang-orang bisa membentuk kelompok musik tradisional satu jenis alat musik atau macam-macam alat musik kegemarannya secara bersama (ansambel).

4. Sarana Komunikasi
Hampir di semua daerah di Indonesia masyarakat menggunakan bunyi-bunyian sebagai tanda pemberitahuan. Kentongan, bedhug, lonceng, dan sebagainya merupakan alat-alat musik tradisional yang berguna sebagai sarana komunikasi. Dalam kesatuan militer biasa digunakan terompet. Kode informasi diwujudkan dalam pola bunyi atau nada yang disepakati. Kentongan yang dibunyikan dengan pola bunyi dara muluk di kalangan masyarakat Jawa merupakan pertanda bahwa keadaan lingkungan telah aman dari bahaya.

Dari berbagai macam alat dan pola bunyi, secara umum dimaksudkan untuk menyebarkan pemberitahuan akan adanya suatu peristiwa (kematian, pencurian, dsb.), keadaan (darurat, siaga, aman, dll.), penanda waktu (mulai/akhir kerja, menjelang ibadah, dsb.), atau kegiatan bersama (ibadah, gotong-royong, berkumpul, dsb.). Adalah lazim bahwa alat tertentu merupakan alat penanda khas lembaga tertentu: Bedhug khas masjid, lonceng khas gereja, kentongan khas pos ronda atau warga masyarakat, terompet khas tangsi militer.

Musik tradisional dalam arti sepenuhnya, bisa sungguhsungguh menjadi sarana komunikasi. Hal ini terjadi apabila musik tradisional dijadikan wahana (media) menyampaikan pesan kepada khalayak penikmatnya. Misalnya, penyebaran-luasan informasi, penerangan, mencari dukungan, dan lain-lain. Sarana penyampai pesan ini bisa melalui isi syair dan semangat lagunya. Bisa pula sematamata pementasan musik tradisional sebagai alat pengumpul massa.

5. Sarana pengungkapan diri
Mencipta atau memainkan musik bagi para seniman maupun orang biasa merupakan sarana dan wahana mengungkapkan diri. Apa saja yang diungkapkan, tidak lain perasaan cinta, suka-duka; pemikiran, gagasan, impian, harapan, cita-cita tentang berbagai pusat kesadaran. Lingkaran-lingkaran kesadaran meluas mulai diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan, negara, dunia dan Tuhan.

Puncak pengungkapan diri adalah mewujudkan pemenuhan kemampuan diri. Pemenuhan kemampuan diri melalui musik tradisi atau musik tradisional bercirikan kepiawaian, kemahiran dan keahlian baik sebagai pemain maupun pencipta. Penentunya adalah kecintaan, kesungguhan dan ketekukan. Saat seseorang telah memasuki penyatuan diri maka akan menjadi maestro atau empu. Akhir-akhir ini sebutan keunggulan yang lazim adalah profesional. Profesional berarti sempurna, baik yang bersifat komersial, bayaran, matapencaharian ataupun murni berseni tradisi.

6. Sarana ekonomi
Tidak bisa dinafi kan, musik tradisional bisa menghasilkan pendapatan sambil tetap menikmati kepuasan batin. Bagi senimannya pendapatan bisa berupa wujud ucapan terima kasih (honorarium) atas jasa main musiknya. Pendapatan berupa bayaran atau gaji apabila bersifat pekerjaan pokok (profesi) ataupun sambilan (amatir). Pendapatan ekonomis bisa bersifat komersial maupun layanan bakti.

Musik tradisional juga bisa menjadi lahan wirausaha, baik bagi senimannya, pebisnis maupun pemodal. Bisnis musik tradisional bisa berlangsung apabila berupa industri. Industri jasa, misalnya, penyelenggara pentas (event organizer). Industri produk berupa rekaman, pembuatan alat-alat musiknya, kelengkapan bermain musiknya, dan sebagainya. Adapun sisi perdagangan bisa berupa penjualan produk-produk musik beserta produk ikutannya.

APRESIASI 

  • pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi 
  • apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
      edit

0 komentar:

Posting Komentar