Seperti halnya musik moderen, musik tradisional juga memiliki bentuk-bentuk atau wujud estetika atau citarasa keindahan. Estetika musik tradisional terletak pada jenis suara dari alat musiknya, permainan nada, ritme, tempo dan dinamika pada saat melantunkan suatu lagu. Meskipun berupa dentum, suara gendang atau tifa akan terdengar indah pada saat dimainkan dengan terampil. Selain dari segi suara, sering kali keindahan juga bisa dinikmati dari keunikan rupa dan bentuk alat musiknya. Contoh, seruling atau terompet yang diukir, sasando yang menyerupai perahu layar.
Agak berbeda dengan musik moderen atau musik tradisional Barat, pada awalnya musik tradisional Nusantara tidak menggunakan simbol-simbol musik. Misalnya, tanda-tanda baca pada penulisan partitur atau naskah lagu. Hal ini dikarenakan musik tradisional dipelajari secara lisan atau menirukan contoh. Baru di kemudian hari musik-musik tradisional dibuatkan simbol-simbol penulisan agar bisa dipelajari mandiri secara tertulis. Akhirnya simbol-simbol penulisan musik tradisional ini diperlukan
pada saat orang berusaha mengkolaborasikannya dengan musik moderen.
Kolaborasi musik tradisional dan musik moderen pada umumnya dimengerti sebagai memainkan musik tradisional beriringan dengan musik moderen. Penggunaan alat-alat musik tradisional untuk memainkan lagu-lagu moderen jarang dianggap kolaborasi. Begitu pula sebaliknya, penggunaan alat-alat musik moderen untuk menyanyikan lagu-lagu tradisional. Padahal, untuk melakukan pertukaran guna tersebut tidak mudah. Agar penerapan tersebut bisa lebih selaras perlu penyesuaian tinggi-rendahnya nada musik tradisional dengan tinggirendahnya nada musik moderen.
Penyesuaian tinggi-rendah nada dilakukan dengan konversi atau penyejajaran jenis nada. Misalnya, agar lagu-lagu moderen bisa diiringi musik tradisional Jawa maka harus dibuat partitur baru berpedoman pada tangga nada gendhing Jawa. Biasanya digunakan tangga nada Pelok Barang, karena memiliki nada yang lebih kaya dan dekat dengan musik moderen Barat. Namun penyesuaian juga dilakukan dengan mengubah tinggi-rendahnya getaran bunyi alat musik agar frekuensinya mendekati kebutuhan nada musik moderen
Contoh, alat musik gamelan Jawa yang terdengar harmonis untuk mengiringi lagu-lagu pop atau dimainkan bersama alat musik moderen telah mengalami penyesuaian frekuensi bunyi setara nada-nada musik moderen. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi musik digital, penulisan partitur lagu-lagu dengan menggunakan simbol-simbol musik moderen menjadi tak terhindarkan.
Estetika musik tradisional adalah keindahan pada pendengaran hingga sampai pada kedalaman penjiwaannya. Perkembangan estetika musik tradisional mengikuti keadaan jaman. Setelah masuknya pengaruh pemikiran dan musik Barat sejak awal abad ke-15, estetika musik tradisional menjadi lebih beragam karena diperkaya nada-nada Eropa.
Mungkin saja pada awalnya terjadi perbenturan, namun secara perlahan terjadilah penyesuaian penyesuaian. Begitu pula kemudian lahir dan diperlukannya simbol-simbol musik, terutama pada penulisan partitur yang sedikit banyak mengikuti pedoman Eropa.
Hibriditas atau percampuran seni budaya antarbangsa merambah pula dalam musik.Tidak hanya pada titinada, cakupan nada dan tangga nada, tetapi juga alat musiknya sendiri. Musik tradisi Nusantara masa kini sudah merupakan percampuran atau setidaknya mendapat mepengaruh bangsa-bangsa lain. Musik tradisional Betawi sangat jelas bernuansa musik Tiongkok. Pada daerah-daerah yang memiliki suasana Kasultanan terasa warna musik padang pasir. Musik tradisional Nusantara silang budaya antarbangsa.
Telah dibahas di depan bahwa musik tradisional, lebih-lebih musik tradisi yang memiliki aturan baku merupakan kekhasan daerah temapat lahir, hidup dan berkembang. Akhirnya musik tradisional juga menjadi simbol identitas atau jatidiri budaya kedaerahan. Mendengar musik tradisional orang mengenali tradisi budaya daerah asalnya. Musik tradisional menjadi ciri penanda kehadiran khas kedaerahan. Musik tradisional menjadi simbol identitas dan representasi budaya yang membedakan daerah atau suku bangsa satu dengan lainnya. Begitu mendengar sayupan kecapi-suling, orang ingat Jawa Barat, suku bangsa Sunda.
APRESIASI
- pilih "APRESIASI" untuk mengisi absensi
- apresiasi yang tidak sesuai dengan perintah tidak dihitung sebagai absensi
0 komentar:
Posting Komentar